Jumat, 09 Oktober 2015

SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT






SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT


PAPER


 diajukan guna melengkapi salah satu tugas dalam menempuh
Matakuliah Knowledge Management






Oleh
Ainur Rofi  140910202009



PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015




BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Era globalisasi yang diwarnai dengan maraknya inovasi ditandai juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari akan persaingan yang semakin berat, maka diperlukan perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resouce-based menjadi knowledge-based yang bertumpu pada analisis bidang ilmu pengetahuan.
Membangun keunggulan sebuah organisasi bisnis didalam situasi persaingan yang sedemikian tinggi, mengharuskan para pelaku bisnis menemukan strategi yang lebih sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan persaingan. Strategi seharusnya dibangun atas dasar pemahaman yang komprehensif mengenai aset atau sumber daya apa yang tepat digunakan organisasi bila ingin unggul. Organisasi yang unggul tidak lagi harus semata-mata bertumpu pada pada sumber daya finansial, bangunan, tanah, teknologi, posisi pasar, dan aset-aset yang lebih tangible lainnyaa, tetapi justru harus lebih bertumpu pada aset pengetahuan (intangible) karena pengetahuan merupakan keunggulan strategik bagi perusahaan juga. Oleh karena itu banyak perusahaan yang sekarang ini membangun teori organisasinya ke arah pengetahuan.
Untuk dapat mengelola manajemen pengetahuannya dengan baik. Maka perusahaan harus dapat mengerti tentang sejarah perkembangan manajemen pengetahuan (knowledge management) dengan baik. Sebenarya, arah bisnis yang disebut sebagai manajemen pengetahuan telah muncul dalam beberapa dekade terakhir ini. Kemunculan manajemen pengetahuan pada dasarnya memiliki akar yang cukup panjang dan bahkan dimulai sejak beberapa abad yang lalu, baik di negara barat maupun timur.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dengan ini penulis mengkaji tentang sejarah manajemen pengetahuan (knowledge management) karena pada dasarnya memahami tentang sejarah knowledge management penting bagi perusahaan jika ingin dapat mengelola perusahaannya dengan baik.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latat belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada paper ini adalah bagaimana sejarah knowledge management ?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan paper ini adalah untuk mendeskripsikan tentang sejarah knowledge management.
1.3.2        Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat tujuan penulisan paper ini adalah :
1.      Bagi mahasiswa paper ini dapat dijadikan referensi agar dapat memahami dengan baik tentang knowledge management
2.      Bagi pihak tekait seperti perusahaan paper ini dapat dijadikan refrensi agar perusahaan dapat mengelola knowledge managementnya dengan baik.







BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1  Pengertian pengetahuan
Menurut Davenport dan prusak (dalam puji wahono, 2012,34) Pengetahuan adalah suatu campuran cair dari pengalaman yang dibingkai, nilai-nilai, informasi konstekstual, dan wawasan tentang keahlian yang menyediakan suatu kerangkaa untuk evaluasi dan menggabungkan pengalaman-pengalaman dan informasi baru. Sedangkan definisi pengetahuan menurut Drucker (dalam Paul. L. Tobing, 2007,16 ), pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari sebelumnya.

1.2  Pengertian Knowledge Management
Definisi knowledge manajemen dari American Productivity and Quality Centre (dalam Paul L. Tobing, 2007,8 ) Knowledge management adalah pendekatan-pendekatan sistematik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan knowledge kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai. Sementara itu menurut pandangan Karl Erick Sveiby (dalam Sangkala, 2007,8 ) Knowledge management adalah seni penciptaaan nilai dari ingatible asset (aset pengetahuan). Definisi lain dari knowledge management adalah dari Bergerson (dalam Sangkala, 2007,8)  knowledge management merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengelola asset intelektual dan informasi lain ssehingga memberikan keunggulan bersaing perusahaan.


BAB 3. SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT
Kemunculan knowledge management pada dasarnya memiliki akar yang cukup panjang dan bahkan dimulai sejak beberapa abad yang lalu, baik di negara barat maupun timur. Di awal tahun 1970-an, penelitian tentang intelijen artifisial sebagai bentuk perluasan ditolak untuk menemukan aturan umum dalam menghasilkan intelijen. Sesudah sukses diawal tahun 1950-an dan 1960-an, para peneliti kemudian meyakini bahwa intelijen memerlukan domain pengetahuan khusus. Diperlukan pendekatan baru untuk menggambarkan pengetahuan dalam bentuk yang dapat diproses oleh sebuah komputer. Hasilnya kemudian, di tahun 1970-an fokus penelitian intelijen artifisial bergeser kearah sistem yang diikuti oleh logika sederhana, tetapi telah mempunyai pengetahuan yang lebih detail terhadap domain aplikasinya.
Pada tahun 1980-an, kisah keberhasilan peningkatan pemrosesan pengetahuan sukses dipublikasikan terutama dalam memperluas sistem keahlian dan teknologi berbasis pengetahuan. Ide bahwa keahlian dapat digambarkan didalam sebuah sistem komputer dan dapat disediakan kapanpun dan dimanapun dibutuhkan menjadi suatu kebenaran umum. Sistem keahlian dipasarkan sebagai solusi untuk mengurangi masalah penyederhanaan perusahaan, berhentinya para ahli, dan kehilangan kompetensi yang penting. Dengan menggambarkan pengetahuan didalam bentuk yang telah dikembangkan oleh komputer, selanjutnya pengetahuan manusia kemudian dianggap dapat digambarkan dengan akurat sekaligus dapat dideteksi dengan benar.
Fokus di dalam penelitian-penelitian intelijen artifisial di tahun 1970-an dan 1980-an lebih kepada pemrosesan pengetahuan yang otomatis. Peningkatan kapabilitas untuk menyimpan informasi dibuat dalam bentuk dokumen dan sistem database manajemen yang baru. Salah satu ide yang paling populer di tahun 1980-an adalah “hypertext”. Misalnya Akscyn dan koleganya (1988) mengembangkan suatu sistem manajemen pengetahuan (knowledge management system) yang juga dikenal sebagai KMS, suatu sistem hypermedia interaktif dan kolaboratif, dimana menjadi inspirasi kunci bagi website dunia. KMS merupakan versi komersial dari awal-awal sistem hypertext. KMS juga digunakan untuk mengelola sejumlah besar buku pedoman pada pesawat udara.
Penelitian pada piranti lunak arsitektur yang efektif untuk mendukung pengambilan keputusan yang kompleks juga diarahkan kepada berbagai upaya untuk membangun penyimpanan informasi perusahaan besar. Harapan bahwa akhirnya penyimpanan dapat berisi seluruh data yang dibutuhka manajemen berbasis fakta dan rasional. Management information system (MIS) dibangun pada model-model perusahaan yang terkemuka, dan informasi disajikan dimana pimpinan tertinggi harus juga dapat memahaminya. Struktur database yang memungkinkan percepatan analisis skenario keputusan yang berbeda memerlukan database yang multidimensional dan alat-alat untuk proses analisis interaktif secara online.
Pada akhir tahun 1980-an beberapa peneliti mulai menekankan komunikasi dan kemungkinan kolaborasi sistem informasi. Dalam bagian ini terkaitdengan peningkatan kelayakan ja\aringan komputeer. Misalnya Terry Winograd, salah satu tokkoh utama dalam kemunculan pengetahuan berbasis pada intelijen artifisial, mengambangkan sistem alur kerja (work flow). Berbagai macam  model alternatif untuk menjelaskan dan menerapkan alur kerja perusahaan dan pengembangan konsep komunikasi secara gradual diarahkan pada konsep komputer yang lebih luas untuk mendukung kolaborasi kerja, komunikasi yang dimediasi oleh komputer, groupware, dan sistem kolaborasi.
Umumnya jiwa artifisial intelijen diinspirasi oleh epistemology positistic dan pandangan pemrosesan informasi kognitivistik terhadap intelijen manusia. Di dalam tradisi ini, sifat pengetahuan diharapkan lebih ekspilisit, terstruktur, dan diorganisasi dalam taksonomi, dan secara semantik tidak membingungkan. Pendekatan komunikatif untuk sistem informasi dengan cepat mengarah kepada konstruksionistik sosial dan epistemologi fenomenologi.
Dalam konteks disiplin business intelligence, sering kali sistem informasi dan komputer diterima sebagai substansi atau inti dari upaya awal manajemen pengetahuan karena sejak awal diketahui bahwa perusahaan mengelola pengetahuan yang sudah sejak lama dimiliki sebelumnya. Peningkatan tekanan persaingan yang terjadi mengakibatkan  banyak perusahaan membuat unit intelijen persaingan, dimana seringkali dikaitkan dengan informasi perusahaan dan layanan perpustakaan (Gilad, 1988; Stanat, 1990; dan Goshal & Westney, 1991)
Fokus intelijen persaingan (competitive intelligence), yakni pada anaalisis stratejik terhadap informasi eksternal yang tekait dengan kecenderungan pasar dan pesaing (Aguilar, 1967; Porter, 1980; Fuld, 1996). Para ahli pemrosesan informasi sering kali memandang pengetahuan perusahaan tersebut sebagai problem teknis yang dapat diselesaikan dengan tepat, yaitu dengan cara menggunakan komputer. Demikian pula persoalan yang muncul pada orang-orang intelijen persaingan dalam menemukan, memahami, mensintesis dan menyebarkan informasi yang relevan.
Pada awalnya tugas-tugas intelektual ditugaskan kepada para ahli, namun di awal tahun 1990-an tugas-tugas mereka difasilitasi oleh akses online sehingga kebutuhan database maupun layanan terhadap berita menjadi begitu luas tersedia. Database maupun informasi tersebu dapat diketahui dengan real time, informasi mengenai apapun yang pesaing lakukan dan pelanggan inginkan, dimanapun pesaing dan pelanggan berada. Akibatnya, sistem informasi yang lengkap tersebut berlebihan sehingga sistem harus mampu mengategorisasi informasi yang ada berdasarkan kebutuhan pemakai. Para penelitii mencoba mengembangkan domain ontologi yang spesifik, ensklopedi, dan model konseptual yaang dapat digunakan sebagai basis mengategorisasikan informasi dan pesan-pesan perusahaan. Walaupun motivasi pengembangan model konseptual serta alat-alat informasi dalam rangka perbaikan pemrosesan yang bersifat otomatis, ternyata teknologi informasi masih memainkan peran yang amat penting.
Fokus awal intelijen persaingan, yaitu pada kebijakan stratejik pimpinan puncak. Perluasan jaringan komputer memperjelas bahwa intelijen perusahaan juga ada diluar pejabat eksekutif. Bahkan didalam perubahan lingkungan persaingan, pengetahuan yang benilai seringkali terdistribusi diantara anggota perusahaan. Hal ini mendorong pentingnya aspek komunikasi dari pemrosean informasi perusahaan. Akibatnya, petugas analisis intelijen persaingan perlu memperbaiki diri mereka kembali sebagai seorang profesional intelijen bisnis. Bahkan dasar pembuatan keputusan sebelum analisis laporan dan data, serta berbagi pengetahuan menjadi isu sentral bagi orang-orang intelijen bisnis. Akibatnya, objek-objek informasi, pengetahuan perusahaan tersebut berada di dalam aliran informasi.
Pengamatan ini juga memperjelass pertentangan antara dua pandangan terhadap pengetahuan perusahaan. Menurut pandangan aliran pemrosesan informasi (information processing), pengetahuan adalah data dan fakta yang tergantung kepada orang dan pemaknaannya. Asumsi ini menyebabkan pengetahuan dianggap dapat disimpan didalam komputer. Sistem intelijen bisnis mulai mengembangkan sistem yang beragam, yang terdiri dari jaringan manusia dan mesin. Objek informasi dipandang sebagai enabler dari proses pengetahuan perusahaan, dan dianggap memfasilitasi pemahaman.
Teknologi diarahkan agar lebih berfokus pada perusahaan, penciptaan kemampuan untuk bereaksi secara temporer serta cepat didalam intelijen bisnis. Seperti World Wide Web/WWW menyentakkan kesadaran publik ditahun 1994. Visi awal tim Berners Lee mmengenai web adalah menemukan kembali dan kembali menemukan. Ketika seluruh dokumen dapat dikaitkan terhadap setiap dokumen penting lainnya, dunia Web dapat menjadi tempat yang baik. Pengetahuan dapat menjadi bebas dan tersedia pada saat diutuhkan.
World Wide Web tidak mempunyai tidak mempunyai alat yang efektif untuk mengelola akses yang benar, serta tidak memiliki dukungan untuk membuat informasi yang segera dapat ditindaklanjuti. Salah satu pemahaman yang terus berlanjut dan telah diuji oleh aliran intelijen artifisial sejak awal tahun 1960-an. Yaitu ketika Herbert Simon dan para pionir artifisial intelijen lainnya percaya bahwa masa depan komputer berada didalam intelijen pemrosesan informasi. Sementara itu, Douglas Engelbert berpendapat bahwa komputer merupakan medium baru yang dapat memperbesar proses berfikir manusia. Engelbert’s Augmentation Research berpusat di stanford Research Institute menjadi salah satu pelopor inovasi dalam teknologi komputer, memimpin pengembangan dalam perhitungan interaktif, penggunaan grafik dan sistem kolaborasi. WWW mengambil konsep sistem Augmentation ini untuk logika tujuan akhir, yaitu mengurangi permasalahan penyajian pengetahuan, minimal dengan menilai bahwa seluruh pengetahuan dapat disajikan sebagai dokumen dan dikaitkan dengan mereka.
 Intelijen persaingan perusahaan berkembang ke arah intelijen bisnis pada awal tahun 1990-an, yaitu ketika intelijen bisnis menkonseptualisasi tugas-tugasnya kedalam manajemen pengetahuan internal perusahaan. Walaupun intelijen bisnis terkait erat dengan sistem informasi, fokus intelijen bisnis terhadap efektivitas penggunaan keahlian manusia, ahli analisis, dan jaringan sosial dan komunikasi. Di dalam kognisi perusahaan (organizational cognition), intelijen bisnis terkait dengan ketiga sumber manjemen lainnya, yaitu pada penelitian kognisi dan sense making.
Penelitian atas kognisi pengetahuan secara historis diilhami oleh pandangan information processing yang berakar pada teori-teori kognitif tentang pikiran manusia. Bila dikaitkan dengan tradisi ini, awal mulanya perusahaan dikonseptualisasikan sebagai mesin pemrosesan informasi secara hierarki, riset awal kognisi pengetahuan berfokus pada pengambilan keputusan pimpinan puncak.
Walaupun pandangan pemrosesan informasi dengan luas diterima, penelitian awal secara sosiologis diadopsi dari berbagai pendekatan interpretationisme. Misalnya Karl Weick dan koleganya menerbitkan beberapa artikel penting yang menonjol di dalam penelitian kognisi perusahaan memperkenalkan ide-ide konstruktivistik didalam ilmu perusahaan (Bougon, weick, & Binkhrost, 1997; Daft & Weick, 1984; Weick, 1995). Penelitian ini memperjelas bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang dapat direkam secara objektif dan disimpan didalam database. Pengetahuan perusahaan merupakan suatu proses yang aktif dimana orang mencoba memehami lingkungannya.
Mungkin karena itu kontribusi utama dalam kegiatan-kegiatan penelitian inovasi perusahaan justru datang dari luar benteng ilmu pengetahuan perusahaan. Nonaka (1994); Hedlund & Nonaka (1991), mengingatkan peneliti perusahaan bahwa ada alternatif terhadap epistemologi positivisme dari mainstream pandangan pemrosesan informasi. Khususnya Nonaka mencatat bahwa perusahaan bukan mesin yang dapat diarahkan untuk memaksimalisasikan efisiensi pemrosesan informasi tanpa kehilangan banyak kemampuan penciptaan pengetahuaannya. Hanya ketika praktik manajemen orang Amerika memperoleh kesiapan bagi pelurusan akhir mengenai arus informasi dan penghapusan  dari lapisan manejemen menengah yang tidak diperlukan, keacakan yang tidak terorganisasi, dan apapun yang tidak langsung menambahkan nilai kepada proses bisnis, Nonaka memperjelas memperjelas bahwa jalur ini akan menjadi fatal bagi perusahaan yang berbasis pengetahuan.
Studi Nonaka tentang inovasi juga sejalan  dengan penelitian tentang organizational learning. Pada level yang paling dalam, pendekatan Nonaka berdasarkan atas posisi epistemologi fenomenologikal yang lebih radikal, walaupun Schoin (1987); dan Senge (1990) misalnya, secara khusus menekankan pentingnya tacit dan pengetahuan tekait erat dengan epistemogi fenommenologi. Lebih spesifik pengetahuan dikaitkan dengan epistemologi yang datang dari sekolah filosofi kyoto dan diperkenalkan oleh Kitaro Nisshida pada wal abad ke-20. Epistemologi Kyoto adalah sintetis dari pandangan dan pemahaman filosofi fenomenologis negara-negara barat, diinspirasi oleh william james, henri Bergson, John Dewey, dan Edmun Husserls, dan Martin Heidegger (dalam Nishitani,1991; Tuomi,2002)
Mereka yang bergerak dibidang komputer mencari solusi teknis terhadap persoalan pengetahuan perusahaan, sementara orang-orang intelijen bisnis mencoba menyediakan informasi yang relevan pada saat yang tepat didalam perusahaan. Peneliti kognisi perusahaan berangkat dengan pertanyaan mengenai hakikat pengetahuan dan peranannya di dalam mengorganisasi tindakan sosial. Kesemua itu hanyalah langkah kecil untuk bergerak dari penggambaran perusahaan sebagai entitas berbasis pengetahuan. Jika perusahaan ingin lebih efektif didalam penggunaan penciptaan pengetahuan, mungkin mereka harus melihat perusahaan secara berbeda. Nonaka dan penulis lainnya tertarik didalam pembelajaran yang sudah dibuat perusahaan didalam masa transisi ini. Setelah Nonaka, yang lain kemudian segera mengikutinya dimana mengaitkan knowledge management dengan strategi bisnis.
Menurut Tuomi (2002), Saat ini Knowledge management telah memasuki generasi ketiga, dimana generasi kedua telah dimulai pada tahun 1997 dengan banyakan membangun tugas baru paada spesialisasi daan CKO (Chief Knowldege Officers). Perbedaan sumber knowledge management menjadi terkombinasi dan juga cepat diserap oleh aktivitas organisasi setiap hari.
Generasi pertama dapat dicirikan karena berfokus pada information sharing, information repositiories, dan intelectual capital accounting. Meningkatnya masyarakat informasi meneyebabkan generasi pertama dari manajemen pengetahuan akan tetap ada dan hidup. Ia akan berfokus pada penyimpanan dan akses informasi. Jaringan tanpa kabel, kemampuan pemrosesan informasi melekat didalam lingkungan sehari-hari dan kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrossesan informasi.
Generasi kedua knowledge management dibawa kedalam konsep tacit knowledge, social learning, dan community of practice.Di level yang lebih praktis, generasi kedua manajemen pengetahuan menekankan pada perubahan perusahaan secara sistematis dimana praktik manajemen, sistem pengukuran , insentif, alat-alat dan kebutuhan isi manajemen dikembangkan bersama. Generasi kedua manajemen pengetahuan menunjukkan bahwa komputer konvensional sudah tidak cukup untuk menangani tacit knowledge dan pengetahuan situasional. Di masa depan, sistem komputer menyediakan informasi yang kontekstual yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense making. Sense making sering kali memerlukan eksplorasi domain pengetahuan yang tidak dikenali, sistem informasi di masa depan diterima sebagai alat memperkuat kemampuan berpikir manusia. Pandangan para konstruktivis juga memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran fenomena interaksi soaisal, sistem informasi akan mendukung pemibilisasian sumber daya sosial sebagai bagian dari proses pembelajaran. Bahkan human capital accounting lebih berfokus pada pengembangan secara aktif terhadap sosial kapital.
Pada generasi ketiga knowledge mangement, gambaran pengetahuan akan semakin meningkat penggunaannya dimana pengetahuan dapat dikelola. Bahkan upaya empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga pengetahuan akan menjadi sesuatu yang lebih fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan. Di sini akan menghilangkan rintangan pada selurh sistem sosial. Untuk membuat pengetahuan menjadi nyata tidak cukup hanya dengan pengetahuan individu dan bertindak hanya atas dasar pengetahuannya. Seluruh pengetahuan sosial dan kultural maupun pengetahuan perusahaan hanya dapat terealisasi melalui perubahan aktivitas dan praktik perusahaan.






BAB 4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perjalanan kemunculan disiplin manajemen pengetahuan, yaitu bahwa walaupun sumber teoritis manajemen pengetahuan berasal dari berbagai latar belakang disiplin imu, perubahan dunia bisnis kearah knowledge economy secara rinci menempatkan pengetahuan sebagai sumber daya yang dimiliki sangat besar. Perussahaan harus memberikan perhatian baru untuk dapat memberikan pengetahuan baru untuk dapat memelihara dan meningkatkan kekuatan pengetahuan yang dimilikinya.
Selain itu untuk mengelola pengetahuan yang begitu kompleks dan luas mememerlukan keahlian dan perhatian dari pihak manajemen. Maka profesi baru sebagai sebagai ahli manajemen pengetahuan akan muncul dari berbagai disiplin dan akan menjadi kenyataan. Hali ini sangat mendukung ke arah munculnya manajemen pengetahuan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri.









DAFTAR PUSTAKA
Sangkala. 2007. Knowledge Management. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Setiarso,B, Nazir,H, Triyono, Subagyo,H. 2009. Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tobing,L,P. 2007. Knowledge Management : Konsep, Arsitektur, dan Implementasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Uriarte,F,A. 2008.Introduction to Knowledge Management. Jakarta : ASEAN Foundation
Wahono P, Ika,S. 2012. Knowledge Management : Proses penciptaan Pengetahuan. Cetakan Pertama. Jember : Bagian Penerbitan Center For Society Study.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar