Kamis, 29 September 2016

ADHOCRACY : PANDANGAN YANG LEBIH MENDALAM




ADHOCRACY : PANDANGAN
YANG LEBIH MENDALAM

MAKALAH

 diajukan guna melengkapi salah satu tugas dalam menempuh
Matakuliah Teori Organisasi


Oleh :
Tiara Gusti Amanda                (140910202004)
Feralldi Insan P                       (140910202005)
Ana Setyani                            (140910202006)
Galo Wahyu Ningtyas              (140910202007)
Rio Ahmadi                            (140910202008)
Ainur Rofi                               (140910202009)
Asrul Afani                             (140910202010)
Lilis Dwi Irawati                     (140910202011)
Nadya Hanum Larasati           (140910202012)
Ulfi Diah Safitri                      (140910202013)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLOTIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Adhocracy : Pandangan yang Lebih Mendalam”ini dengan baik. Tanpa kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk  menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Organisasi. Makalah ini memberikan informasi kepada kita semua mengenai “Adhocracy : Pandangan yang Lebih Mendalam” dan contoh-contoh adhocracy.
Harapan kami, makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Di samping itu hadirnya makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan kita semua mengenai “Adhocracy : Pandangan yang Lebih Mendalam“ beserta contohnya. Tiada gading yang tak retak “ demikian juga makalah ini  tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Kesempurnaan dan kebenaran hanyalah milik Allah SWT.
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak  sangat kami harapkan untuk memperluas wawasan kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.
                                                                                                                        
Jember,     Mei 2015


Penulis







DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Organisasi .............................................................................................. 3
2.2 Pengertian Adhocracy..................................................................................... 3
2.3 Pengertian Birokrasi........................................................................................ 3
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Matriks............................................................................................................ 4
3.2 Teori Z............................................................................................................. 7
3.3 Bentuk Kolateral............................................................................................. 8
3.4 Sruktur Jaringan Kerja..................................................................................... 9
3.5 Gugus Tugas.................................................................................................... 10
3.6 Bentuk Panitia................................................................................................. 10
3.7 Bentuk Kolegal............................................................................................... 11
3.8 Dua Pandangan Kontemporer tentang Organisasi Masa Depan..................... 11
BAB 4. KESIMPULAN..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejumlah perusahaan dan organisasi di masa depan secara umum lebih menginginkan bentuk struktur yang datar (flatter structures), arus informasi yang cepat dan tim kerja yang bisa dengan mudah di bongkar pasang. Ini semua dibutuhkan demi kelangsungan sebuah perusahaan dan organisasi itu sendiri untuk menghadapi ketatnya persaingan bisnis yang semakin hari semaking berkembang seiring dengan perkembangan yang semakin modern dengan arus globalisasi yang semakin cepat. Di era dengan tuntutan perubahan yang sangat tinggi, perusahaan dan organisasi pun dituntut untuk selalu beradaptasi dan menyesuaikan diri agar dapat mempertahankan kelangsungan proses organisasinya  dengan cara memotong jalur birokrasi mereka sendiri demi mengangkap peluang, menyelesaikan masalah yang muncul, dan mencapai target yang ingin di capai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, saat ini sejumlah perusahaan dan organisasi telah menetapkan adhocracy kedalam sistem pembagian kerjanya. Adhocracy adalah sistem yang berubah dengan cepat, adaptif, biasanya hanya berlaku sementara dan diorganisasikan di sekitar masalah yang harus dipecahkan oleh kelompok atau orang yang relatif mempunyai berbagai ketrampilan profesional. Adhocracy adalah sebuah bentuk organisasi yang dicirikan oleh diferensiasi horisontal tinggi, diferensiasi vertikal rendah, formalisasi yang rendah, desentralisasi, fleksibilitas dan daya tanggap yang tinggi. Kekuatan adhocracy adalah tim dapat ditukar, bergantung dari sifat dan kompleksitas dari tugas tersebut, masing-masing tim tersebut dapat dibagi menjadi berbai sub-unit, bertanggung jawab atas berbagai tugas dari pekerjaan yang harus diselesaikan. Sedangkan kelemahan adhocracy adalah adanya konflik, ketidakjelasan mengenai wewenang dan tanggung jawab dari bagian-bagian tertentu. Contoh-contoh adhocracy termasuk Matrik, Teori Z , bentuk kolateral, jaringan kerja gugus tugas, desain panitia, serta bentuk kolegal. Bagaimanakah contoh-contoh adhocracy tersebut digunakan jika ada strategi yang beraneka ragam berubah-ubah atau beresiko tinggi ?.
Oleh karena itu, kami mengangkat judul makalah ini untuk mengetahui lebih jelas mengenai bagaimana contoh-contoh adhocracy tersebut digunakan apabila terdapat strategi yang beraneka ragam berubah-ubah atau beresiko tinggi yang terdapat dalam sejumlah perusahaan dan organisasi yang ada saat ini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.         bagaimanakah contoh-contoh adhocracy digunakan apabila terdapat strategi yang beraneka ragam berubah-ubah atau beresiko tinggi ?
2.         bagaimana dua pandangan kontemporer tentang organisasi masa depan ?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:  
1.         mendeskripsikan penggunaan contoh-contoh adhocracy apabila terdapat strategi yang beraneka ragam berubah-ubah atau beresiko tinggi.
2.         Mendeskripsikan dua pandangan kontemporer tentang organisasi masa depan






BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1              Pengertian Organisasi
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Perkataan dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajemen. Kesatuan sosial berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain. Pola interaksi yang diikuti orang dalam sebuah organisasi tidak begitu saja timbul, melainkan telah dipikirkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, karena organisasi merupakan kesatuan sosial, maka pola interaksi antara anggotanya harus diseimbangkan dan diselaraskan untuk meminimalkan keberlebihan, namun juga memastikan bahwa tugas-tugas yang kritis telah diselesaikan. Sebuah organisasi mempunyai batasan yang relatif dapat diidentifikasi. Orang didalam organisasi mempunyai suatu keterikatan yang terus menerus. Dallam organisasi ada sesuatu untuk dicapai, yaitu tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan kerja sama antara anggota dalam sebuah organisasi.
2.2              Pengertian Adhocracy
Adhocracy adalah sistem yang berubah dengan cepat, adaptif, biasanya hanya berlaku sementara dan diorganisasikan di sekitar masalah yang harus dipecahkan oleh kelompok atau orang yang relatif mempunyai berbagai ketrampilan profesional. Adhocracy adalah sebuah bentuk organisasi yang dicirikan oleh diferensiasi horisontal tinggi, diferensiasi vertikal rendah, formalisasi yang rendah, desentralisasi, fleksibilitas dan daya tanggap yang tinggi.
2.3              Pengertian Birokrasi
Menurut Max Webber birokrasi adalah sebuah model struktural yang ia katakan sebagai alat yang paling efisien dalam organisasi-organisasi untuk mencapai tujuannya.

BAB 3. PEMBAHASAN

Peningkatan aktivitas organisasi yang menyodorkan semakin banyak tuntutan, inovasi, dan kerumitan dapat mendorong organisasi tersebut untuk beralih pada adhocracy, atau varian dari adhocracy, sebagai suatu cara yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut secara berhasil. Tetapi, harus diingat bahwa seperti juga birokrasi “ideal” dari weber, adhocracy murni juga merupakan sebuah abstraksi. Artinya, kemungkinan tidak yang disebut adhocracy murni. Disain sebuah organisasi pada umumnya dapat adhocratic atau bergerak kearah adhocracy, namun tidak akan ada organisasi yang mempunyai semua karakteristik yang terdapat pada model adhocracy yang murni.
3.1 MATRIKS
Matriks adalah suatu disain struktural yang menugaskan para spesialis dari departemen-departemen fungsional tertentu untuk bekerja pada satu atau lebih tim, yang dipimpin oleh seorang pemimpin proyek. Matriks menambahkan dimensi fleksibilitas pada spesialisasi ekonomis dari birokrasi. Dan dimensi fleksibilitas inilah yang diciptakan dengan menggunakan tim-tim multidisiplin yang menempatkan matriks tersebut dalam klasifikasi adugasi.
Perusahaan mempunyai departemen fungsional tradisional: disain, engineering, akuntansi, manufaktur, kontrak administrasion, pembelian dan personalia yang saling tumpang tindih dengan departemn-departemen fungsional tersebut adalah 4 buah proyek. Masing-masing proyek dipimpin oleh seorang manajer yang mengisi proyek tersebut dari orang-orang yang berasal dari departemen fungsional. Sebagian besar disain matriks bergerak disekitar unit fungsional.
Karakteristik yang paling nyata dari matriks adalah bahwa struktur itu mematahkan konsep kesatuan komando-sebuah landasan utama birokrasi-yang meminta agar setiap pegawai hanya mempunyai seorang atasan untuk tempatnya melapor.  Para pegawai dalam sebuah matriks mempunyai dua orang atasan, yaitu manajer departemen fungsional dan manajer proyek. Ada hierarki vertikal yang normal didalam departemen fungsional, yang dilapisi oleh sebuah bentuk pengaruh lateral. Jadi matriks tersebut unik, dalam arti memisahkan saluran-saluran pengaruh yang lateral. Manajer proyek mempunyai wewenang terhadap anggota-anggota fungsional yang merupakan bagian dari tim proyek tersebut.
Bilamana anda harus menggunakan matriks?
Matriks digunakan pada biro iklan, perusahaan angkasa luar, laboraturium penelitian dan pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga pemerintah, universitas, perusahaan konsultan manajeman, serta perusahaan entertainment. Bukti menunjukkan ada tiga kondisi yang mendukung matriks: 1. Tekanan lingkungan dari dua sektor yang kritis atau lebih, 2. Saling ketergantungan diantara departemen, dan 3. Economies of scale didalam penggunaan sumber daya internal.
Syarat pertama, Matriks biasanya didisain untuk mempunyai fokus ganda seperti fungsi dan produk. Sebuah perusahan periklanan misalnya, kemungkinan harus mempertahankan pengetahuan teknisnya (fokus fungsional) dan pada saat yang sama responsif terhadap kebutuhan klien (fokus produk). Syarat kedua, adalaah saling ketergantungan antara departemen. Kondisi terakhir yang mendukung matriks tersebut adalah internal economies of scale. Kegiatan organisasi hanya dapat distruktur disekitar proyek-proyeknya.
Dua Jenis Struktur Matriks
Struktur matriks ada yang bersifat temporer atau sementara dan adapula yang bersifat permanen. Struktur matriks temporer atau sementara berlaku efektif selama suatu proyek berlangsung. Misalnya, proyek pada perusahaan iklan, televisi, laboraturium, atau konsultan. Dan ada juga struktur matriks yang bersifat permanen, yaitu struktur yang bersifat tetap. Misalnya adalah organisasi universitas, dimana masing-masing fakultas, jurusan mengelola berbagai kuliah untuk mahasiswanya.
Strukutur matriks sendiri juga menggabungkan dua bentuk departementalisasi, yaitu fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi fungsional merupakan penyatuan para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan dan memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan produk. Contoh: akuntansi, keuangan, manajemen, pemasaran, dan sebagainya. Kelemahan terbesar departementalisasi fungsional adalah sulitnya mengkoordinasi  tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka selesai tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk memiliki keuntungan yaitu memudahkan koordinasi diantara spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks berupaya menarik kekuatan tersebut sehingga menghindari kelemahan-kelemahan mereka. Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando, sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan, yaitu manajer departemen fungsional dan manajer produk.
Kelemahan dan Kekuatan Matriks
Kekuatan matriks terletak pada kemampuannya untuk mengkoordinasikan kegiatan jika organisasi tersebut mempunyai banyak aktivitas kompleks dan saling bergantung.   Keuntungan pada matriks adalah membantu pengalokasian para spesialis secara efisien. Jika individu mempunyai keterampilan tinggi ditempatkan pada sebuah departemen fungsional atau kelompok proyek, maka talenta mereka dimonopoli dan tidak sepenuhnya digunakan. Matriks memperoleh keuntungan dari economies of scale dengan memberi kepada organisasi tersebut sumber daya terbaik dan cara efektif untuk memastikan penggunaannya secra efisien. Kelebihan lainnya adalah matriks menciptakan: 1. Peningkatan kemampuan untuk memberi tanggapan yang cepat terhadap perubahan di lingkungan, 2. Sebuah cara yang efektif untuk menyeimbangkan permintaan dari pelanggan bagi penyelesaian proyek dan pengendalian biaya dengan kebutuhan dari organisasi akan efisien, ekonomi, dan pengembangan kemapuan teknis untuk masa yang akan datang, dan 3. Peningkatan motivasi dengan memberi lingkungan yang lebih sesuai dengan norma demokratis yang lebih disukai oleh pegawai-pegawai ilmiah dan profesional. Kekuatan utama dari matriks tersebut terletak pada kebingungan yang diciptakannya, kecenderungannya untuk memperkuat perebutan kekuasaan dan tekanan yang ditimbulkannya pada individu.

3.2 TEORI Z
William Ouchi dari UCLA menemukan bahwa beberapa perusahaan Amerika secara sadar atau tidak, telah mengembangkan sistem yang merupakan karakteristik perusahaan Jepang. Ouchi telah menciptakan istilah teori Z untuk menjelaskan versi Amerika dari model Jepang tersebut. birokrasi Amerika digambarkan dengan teori A. Birokrasi teori A dirancang untuk mengontrol para pegawai melalui sistem struktural yang dipantau secara ketat. Birokrasi ini disesuaikan untuk menangani turn over pegawai yang sangat tinggi. Pekerjaan ditentukan secara sempit dan para pegawai diminta untuk melakukan spesialisasi.
     Dalam sebuah sistem dimana para anggota hanya sementara saja, penting untuk meminimalkan saling ketergantungan. Oleh karena itu, organisasi-organisasi teori A mengindividualkan pengambilan keputusan dan tanggung jawab.
     Sedangkan model Jepang digambarkan dengan teori J. Teori J adalah bentuk struktural yang sangat berbeda, dan bahwa perbedaan tersebut pada dasarnya adalah sebuah fungsi dari turn over yang rendah. Gerakan pada organisasi-organisasi Jepang cenderung untuk lebih horisontal daripada vertikal. Dalam model Jepang, manajer membicarakan dan berkosultasi secara informal yang dapat dipengaruhi. Jika semua orang sudah mengetahui isi proposal, sebuah permintaan formal diajukan untuk dibuat untuk sebuah keputusan dan sebgai hasil dari persiapan-persiapan informal sebelumnya, proposal itu hampir dapat dipastikan akan disetujui.
     Organisasi teori Z adalah model Jepang yang disesuaikan cocok dengan budaya Amerika. Perusahaan dari jenis teori Z memperlakukan pegawainya sebagai suatu sumber yang berharga dan langka yang harus diberi makan untuk jangka waktu lama. Para pegawai dalam perusahaan teori Z dinilai sekali atau dua kali setahun, dan proses tersebut menekankan ukuran yang obyektif mengenai prestasi kerja yang sebenarnya, bukan penilaian yang informal dan subyektif.
     Jika organisasi teori A bersifat birokratis, maka organisasi teori Z pada dasarnya adalah adhocratic. Kompleksitasnya rendah karena lapisan manajemen yang berlebihan tidak perlu. Formalisasinya juga rendah. Perhatian terhadap loyalitas jangka panjang terhadap organisasi dan kerja tim bertindak sebagai pengatur perilaku pegawai. Keputusan-keputusan operasional dibuat oleh tim kerja tersebut.

3.3 BENTUK KOLATERAL
Bentuk kolateral adalah anggota tambahan yang distruktur secara bebas dan dirancang untuk hidup berdampingan dengan birokrasi atas dasar yang relatif permanen. Kekuatan dari bentuk adalah dicapainya keunggulan yang berasal dari efisiensi yang tinggi dari birokrasi yang diperoleh melalui standarisasi sementara, pada saat yang sama memperoleh fleksibilitas dari intrapreneurship. Dengan menciptakan adhocracy dalam birokrasi, sebuah perusahaan yang besar dapat mendorong kreativitas dan inovasi, memotong waktu untuk pengembangan produk, dan mempertahankan pegawai yang pintar dan berorientasi yang kalau tidak mungkin akan meninggalkan perusahaan untuk bekerja ditempat lain untuk memulai usaha kecil mereka sendiri.
Inovasi bukannya tanpa harga. Harganya bagi organisasi yang menerima bentuk kolateral biasanya adalah kekacauan. Mencampuradukkan unit-unit birokratis dan organis menciptakan bentrokan budaya yang satu memperhatikan ketertiban dan yang satunya lagi memperhatikan fleksibilitas. Tantangan utamanya terletak pada manajemen puncak birokrasi. Diperlukan sebuah manajemen tingkat atas yang khusus yang telah terbiasa dengan peraturan-peraturan birokratis, check and balances, dan intoleransi terhadap kegagalan untuk melepaskan unit-unit intrapreneurial itu untuk berdiri sendiri dan menyuruhnya membuat kesalahan dan mengambil resiko.

3.4 STRUKTUR JARINGAN KERJA
Struktur jaringan kerja (network strukture) sebuah organisasi sentral kecil yang menyandarkan diri pada organisasi lain untuk melakukan produksi, distribusi pemasaran atau fungsi-fungsi bisnis penting lainnya atas dasar kontrak. Menciptakan sebuah organisasi yang terdiri dari hubungan-hubungan mereka dengan perancang, manufaktur, commisioned sales representive atau yang sejenisnya yang bebas untuk melakukan fungsi yang mereka butuhkan atas dasar kontrak.
Pada sisis negatifnya, manajemen pada struktur jaringan kerja tidak mempunyai kontrol yang tetap pada kegiatan menufaktur yang terdapt pada organisasi yang lebih tradisional. Kepastian mengenai pemasokan juga kurang dapat dilakukan. Akhirnya, setiap inovasi pada suatu desain yang diperoleh organisasi jaringa kerja mudah “dirobek”. Sangat sukar, bahkan tidak mungkin untuk menjaga secara ketat inovasi-inovasi yang berada dibawah pimpinan manajemen organisasi yang lain. Namun, dengan adanya komputer yang sekarang berinterface dan berkomunikasi dengan koputer dengan organisasi lain, maka struktur jaringan kerja menjadi alternatif yang makin menarik.

3.5 GUGUS TUGAS

Gugus tugas adalah sebuah struktur sementara yang di bentuk untuk melaksanakan suatu tugas yang spesifik, yang didefinisikan dengan baik dan yang kompleks yang menyangkut sejumlah sub unit organisasi. Jika sebuah organisasi dihadapkan dengan tugas yang keberhasilan pelaksanaannya penting bagi organisasi tersebut, yang mempunyai waktu dan prestasi standart tertentu, yang unik dan tidak dikenal, dan yang membutuhkan fungsi-fungsi yang saling bergantung satu sama lain, maka yang diperlukan mungkin sebuah gugus tugas.
Disebut “team taurus”, gugus tugas tersebut mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda dari yang secara tradisional diikuti oleh industri mobil di Amerika Serikat. Yang termasuk dalam team Taurus tersebut adalah wakil dari semua macam unit- perencanaan, desain, engineering, periklanan, hubungan masyarakat, manufaktur-dan bahkan pemasok dari luar yang membuat bagian-bagian tertentu.

3.6 BENTUK PANITIA

Contoh lain dari adhoracy adalah bentuk panitia organisasi. Jika diperlukan agar sejumlah pengalaman dan latar belakang yang luas digunakan untuk mengambil keputusan, jika mereka yang akan terkena dampak sebuah keputusan diberi kesempatan untuk diwakili, jika diperkirakan bahwa beban pekerjaan perlu disebar, atau jika selama masa transisi dari manajemen belum ada orang yang siap untuk memimpin organisasi, struktur panitia dapat sangat efektif.
Panitia bisa bersifat sementara tetapi bisa juga permanen. Panitia sementara biasanya sama dengan gugus tugas. Namun, panitia permanen memberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai masukan seperti halnya gugus tugas ditambah dengan stabilitas dan konsistensi dari matriks. Jika panitia permanen didirikan pada tingkat puncak organisasi, kita sering kali merujuk pada posisi seperti pembentukan eksekutif plural

.

3.7  BENTUK KOLEGIAL
Sebuah bentuk struktural adhocracy, yang menjadi mode pada universitas, laboraturium penelitian, dan organisasi lain yang sangat profesional adalah bentuk kolegial. Ciri khasnya adalah demokrasi penuh dalam pengambilan semua keputusan penting. Ini bertolak belakang dengan struktur gugus tugas dan panitia yang menggunakan pengmabilan keputusan atas dasar representasi.
Contoh struktur kolegial yang paling baik dan paling luas penggunaannya adalah desain departemen akademis pada universitas-universitas besar. Semua keputusan penting dibuat oleh departemen sebagai suatu keseluruhan. Biasanya, kepala bagian sekalipun tidak mempunyai kekuatan lebih besar daripada satu hak suara. Struktur kolegial merupakan representasi desentralisasi yang paling mengena. Di universitas-universitas, pada dosen bertindak dengan pedoman yang minim sekali. Pedoman-pedoman tersebut kebijaksanaan dan prosedur universitas cenderung memberikan sejumlah cara untuk melakukan kebijaksanaan departemental.

3.8 DUA PANDANGAN KONTEMPORER TENTANG ORGANISASI MASA DEPAN

Guru manajemen Peter Drucker dan Tom Peters menyetujui bahwa organisasi masa depan akan lebih mendatar (flat), kurang hierarkis, dan lebih banyak didesentralisasi. Dengan kata lain, mereka akan lebih adhoratic. Drucker pada dasarnya menawarkan sebuah penjelasan teknologis: Organisasi masa depan akan lebih terlihat sebagai orkes simfoni ketimbang sebagai birokrasi perusahaan yang berbentuk piramida tradisional karena organisasi yang khas tersebut akan menjadi lebih berdasarkan informasi (information-based). Sebuah teknologi berdasarkan informasi akan membutuhkan adhocracy. Peter sebaliknya mengemukakan argumentasi tentang ketakpastian lingkungan. Ia mengatakan bahwa perubahan yang luar biasa serta ketakpastian lingkungan akan menuntut organisasi untuk menghargai ketakekalan. Mereka akan tumbuh di atas kekacauan dan akan tampak seperti sesuatu yang sama dengan anarki terfokus.
Drucker melihat bahwa teknologi komputer mengubah komposisi organisasi masa depan. Organisasi yang didasarkan atas pengetahuan kebanyakan terdiri dari spesialis yang mengarahkan dan mendisiplinkan prestasi mereka sendiri melalui umpan balik yang terorganisasi daro teman sejawat, pelanggandan kantor pusat. Sasaran yang jelas, sederhana, dan umum memungkinkan eksekutif tertinggi untuk “memimpin” secara langsung ratusan pegawai atau para musisi. CEO (eksekutif tertinggi) akan mampu mempunyai rentang kendali yang luas karena setiap pegawai akan menjadi seorang spesialis yang mengetahui bagiannya.
Peters melihat dunia ini seperti berada pada keadaan perubahan yang revolusioner. Setiap bisnis mempunyai dan selalu berhadapan dengan pesaing baru. Ide dari Peters mengenai organisasi masa depan adalah organisasi yang membatasinya berlubang-lubang memisahkan organisasi tersebut dan anggotanya dari pihak luar. Para pegawai akan berkomunikasi secara teratur dengan orang-orang dilingkungan spesifik organisasinya dan anggota dari lingkungan dari spesifik tersebut akan secara aktif melibatkan diri dengan aktifitas-aktifitas organisasi. Hambatan yang memisahkan organisasi dari lingkungannya akan di hapus, sehingga hampir mungkin untuk mengidentifikasi batas luar organisasinya.
Penggunaan pada sejumlah besar organisasi tidak boleh dicampuradukan dengan luasnya penerimaan. Pertama, adhocracy adalah struktur yang dominan hanya pada sejumlah kecil industri. Kedua, bentuk tersebut paling banyak digunakan sebagai suatu tambahan terhadap birokrasi. Ketiga, adhocracy yang menuntut agar menejemen puncak melepaskan kontrol akan menghadapi perlawanan yang kuat. Akhirnya, dimana terdapat adhocracy, seringkali lebih tepat jika membayangkanya sebagai sebuah “alat” yang mendorong organisasi tersebut kearah birokrasi atau kegagalan, ketimbang sebagai struktur yang berlangsung secara terus-menerus.
Adhocracy kemungkinan besar akan muncul sebagai tambahan pada bentuk  birokrasi. Pada saat tertentu, kebutuhan untuk mempertahankan hidup menuntut organisasi birokratis menjawab perubahan dengan cepat. Manajemen dengan cara ini melakukan hal dengan dua cara. Pertama, menggunakan lebih banyak bentuk birokrasi profesional. Kedua, menggunakan tambahan organis seperti gugus tugas untuk memperkuat inovasi dan fleksibilitas. Keduanya pada dasarnya memungkinkan mereka yang nerkuasa mempertahankan kontrol.
Jika adhocracy betul-betul timbul sebagai struktur yang dominan dalam sebuah organisasi, jangan harapkan bahwa ia akan bertahan lama. Keberhasilan dan kemajuan dalam daur hidupnya mendorong organisasi kearah stabilitas dan standarisasi. Jika sebuah organisasi menempatkan dirinya pada apa yang terbaik yang dapat dilakukan, organisasi itu akan terdorong untuk mengulangi aktifitas-aktifitas tersebut. Standarisasi, diferensiasi, yang akan terjadi tentu saja ada alternatif lain. Organisasi dapat mati. Adhocracy akan terdapat dilingkungan yang dinamis dimana sayangnya risiko untuk gagal besar. Perubahan cita rasa konsumen. Pendobrakan oleh para pesaing dan pesaing merupakan ancaman bagi kelangsungan hidupnya. Adhocracy, lebih rentan dibandingkan birokrasi












BAB 4. KESIMPULAN

     Jika birokrasi disamakan dengan model mekanistik, maka adhocracy dengan model organis. Adhocracy adalah sistem yang berubah dengan cepat, adaptif, biasanya hanya berlaku sementara dan diorganisasikan di sekitar masalah yang harus dipecahkan oleh kelompok atau orang yang relatif mempunyai berbagai ketrampilan profesional. Adhocracy adalah sebuah bentuk organisasi yang dicirikan oleh diferensiasi horisontal tinggi, diferensiasi vertikal rendah, formalisasi yang rendah, desentralisasi, fleksibilitas dan daya tanggap yang tinggi. Adhocracy merupakan alat yang sangat baik untuk menjawab perubahan, membantu inovasi, dan mengkoordinasikan spesialisasi yang beraneka ragam.



















DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi: Struktur Desain dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Arcan.

INTERNET
Tosi.2010.Adhocracy.http://mylifemyclassroom.blogspot.com/2010/06/adocracy.html?m=1
Hayati.2011.Beberapa Pilihan Desain Organisasi http://ilmuekonomi-hidayati.blogspot.com/2011/06teori-organisasi.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar