SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT
PAPER
diajukan guna melengkapi salah satu tugas
dalam menempuh
Matakuliah
Knowledge Management
Oleh
Ainur Rofi
140910202009
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Era globalisasi yang
diwarnai dengan maraknya inovasi ditandai juga dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari akan persaingan yang semakin berat,
maka diperlukan perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resouce-based
menjadi knowledge-based yang bertumpu pada analisis bidang ilmu pengetahuan.
Membangun keunggulan
sebuah organisasi bisnis didalam situasi persaingan yang sedemikian tinggi,
mengharuskan para pelaku bisnis menemukan strategi yang lebih sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan persaingan. Strategi seharusnya dibangun atas
dasar pemahaman yang komprehensif mengenai aset atau sumber daya apa yang tepat
digunakan organisasi bila ingin unggul. Organisasi yang unggul tidak lagi harus
semata-mata bertumpu pada pada sumber daya finansial, bangunan, tanah,
teknologi, posisi pasar, dan aset-aset yang lebih tangible lainnyaa, tetapi
justru harus lebih bertumpu pada aset pengetahuan (intangible) karena pengetahuan
merupakan keunggulan strategik bagi perusahaan juga. Oleh karena itu banyak
perusahaan yang sekarang ini membangun teori organisasinya ke arah pengetahuan.
Untuk dapat mengelola
manajemen pengetahuannya dengan baik. Maka perusahaan harus dapat mengerti
tentang sejarah perkembangan manajemen pengetahuan (knowledge management)
dengan baik. Sebenarya, arah bisnis yang disebut sebagai manajemen pengetahuan
telah muncul dalam beberapa dekade terakhir ini. Kemunculan manajemen
pengetahuan pada dasarnya memiliki akar yang cukup panjang dan bahkan dimulai
sejak beberapa abad yang lalu, baik di negara barat maupun timur.
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas maka dengan ini penulis mengkaji tentang sejarah manajemen
pengetahuan (knowledge management) karena pada dasarnya memahami tentang
sejarah knowledge management penting bagi perusahaan jika ingin dapat mengelola
perusahaannya dengan baik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latat
belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada paper ini adalah bagaimana
sejarah knowledge management ?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan paper
ini adalah untuk mendeskripsikan tentang sejarah knowledge management.
1.3.2
Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka
manfaat tujuan penulisan paper ini adalah :
1.
Bagi mahasiswa paper ini dapat dijadikan referensi agar
dapat memahami dengan baik tentang knowledge management
2.
Bagi pihak tekait seperti perusahaan paper ini dapat
dijadikan refrensi agar perusahaan dapat mengelola knowledge managementnya
dengan baik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian pengetahuan
Menurut Davenport dan
prusak (dalam puji wahono, 2012,34) Pengetahuan adalah suatu campuran cair dari
pengalaman yang dibingkai, nilai-nilai, informasi konstekstual, dan wawasan
tentang keahlian yang menyediakan suatu kerangkaa untuk evaluasi dan
menggabungkan pengalaman-pengalaman dan informasi baru. Sedangkan definisi
pengetahuan menurut Drucker (dalam Paul. L. Tobing, 2007,16 ), pengetahuan
(knowledge) adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu
terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika
informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan
yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif dari sebelumnya.
1.2 Pengertian Knowledge Management
Definisi knowledge
manajemen dari American Productivity and Quality Centre (dalam Paul L. Tobing,
2007,8 ) Knowledge management adalah pendekatan-pendekatan sistematik yang
membantu muncul dan mengalirnya informasi dan knowledge kepada orang yang tepat
pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai. Sementara itu menurut pandangan
Karl Erick Sveiby (dalam Sangkala, 2007,8 ) Knowledge management adalah seni
penciptaaan nilai dari ingatible asset (aset pengetahuan). Definisi lain dari
knowledge management adalah dari Bergerson (dalam Sangkala, 2007,8) knowledge management merupakan suatu
pendekatan yang sistematik untuk mengelola asset intelektual dan informasi lain
ssehingga memberikan keunggulan bersaing perusahaan.
BAB
3. SEJARAH KNOWLEDGE MANAGEMENT
Kemunculan knowledge management pada dasarnya
memiliki akar yang cukup panjang dan bahkan dimulai sejak beberapa abad yang
lalu, baik di negara barat maupun timur. Di awal tahun 1970-an,
penelitian tentang intelijen artifisial sebagai bentuk perluasan ditolak untuk
menemukan aturan umum dalam menghasilkan intelijen. Sesudah sukses diawal tahun
1950-an dan 1960-an, para peneliti kemudian meyakini bahwa intelijen memerlukan
domain pengetahuan khusus. Diperlukan pendekatan baru untuk menggambarkan
pengetahuan dalam bentuk yang dapat diproses oleh sebuah komputer. Hasilnya
kemudian, di tahun 1970-an fokus penelitian intelijen artifisial bergeser
kearah sistem yang diikuti oleh logika sederhana, tetapi telah mempunyai
pengetahuan yang lebih detail terhadap domain aplikasinya.
Pada
tahun 1980-an, kisah keberhasilan peningkatan pemrosesan pengetahuan sukses
dipublikasikan terutama dalam memperluas sistem keahlian dan teknologi berbasis
pengetahuan. Ide bahwa keahlian dapat digambarkan didalam sebuah sistem
komputer dan dapat disediakan kapanpun dan dimanapun dibutuhkan menjadi suatu
kebenaran umum. Sistem keahlian dipasarkan sebagai solusi untuk mengurangi
masalah penyederhanaan perusahaan, berhentinya para ahli, dan kehilangan
kompetensi yang penting. Dengan menggambarkan pengetahuan didalam bentuk yang
telah dikembangkan oleh komputer, selanjutnya pengetahuan manusia kemudian
dianggap dapat digambarkan dengan akurat sekaligus dapat dideteksi dengan
benar.
Fokus
di dalam penelitian-penelitian intelijen artifisial di tahun 1970-an dan
1980-an lebih kepada pemrosesan pengetahuan yang otomatis. Peningkatan
kapabilitas untuk menyimpan informasi dibuat dalam bentuk dokumen dan sistem
database manajemen yang baru. Salah satu ide yang paling populer di tahun
1980-an adalah “hypertext”. Misalnya Akscyn dan koleganya (1988) mengembangkan
suatu sistem manajemen pengetahuan (knowledge management system) yang juga
dikenal sebagai KMS, suatu sistem hypermedia interaktif dan kolaboratif, dimana
menjadi inspirasi kunci bagi website dunia. KMS merupakan versi komersial dari
awal-awal sistem hypertext. KMS juga digunakan untuk mengelola sejumlah besar
buku pedoman pada pesawat udara.
Penelitian
pada piranti lunak arsitektur yang efektif untuk mendukung pengambilan
keputusan yang kompleks juga diarahkan kepada berbagai upaya untuk membangun
penyimpanan informasi perusahaan besar. Harapan bahwa akhirnya penyimpanan
dapat berisi seluruh data yang dibutuhka manajemen berbasis fakta dan rasional.
Management information system (MIS) dibangun pada model-model perusahaan yang
terkemuka, dan informasi disajikan dimana pimpinan tertinggi harus juga dapat
memahaminya. Struktur database yang memungkinkan percepatan analisis skenario
keputusan yang berbeda memerlukan database yang multidimensional dan alat-alat
untuk proses analisis interaktif secara online.
Pada
akhir tahun 1980-an beberapa peneliti mulai menekankan komunikasi dan
kemungkinan kolaborasi sistem informasi. Dalam bagian ini terkaitdengan
peningkatan kelayakan ja\aringan komputeer. Misalnya Terry Winograd, salah satu
tokkoh utama dalam kemunculan pengetahuan berbasis pada intelijen artifisial,
mengambangkan sistem alur kerja (work flow). Berbagai macam model alternatif untuk menjelaskan dan
menerapkan alur kerja perusahaan dan pengembangan konsep komunikasi secara
gradual diarahkan pada konsep komputer yang lebih luas untuk mendukung
kolaborasi kerja, komunikasi yang dimediasi oleh komputer, groupware, dan
sistem kolaborasi.
Umumnya
jiwa artifisial intelijen diinspirasi oleh epistemology positistic dan pandangan
pemrosesan informasi kognitivistik terhadap intelijen manusia. Di dalam tradisi
ini, sifat pengetahuan diharapkan lebih ekspilisit, terstruktur, dan
diorganisasi dalam taksonomi, dan secara semantik tidak membingungkan. Pendekatan
komunikatif untuk sistem informasi dengan cepat mengarah kepada
konstruksionistik sosial dan epistemologi fenomenologi.
Dalam
konteks disiplin business intelligence, sering kali sistem informasi dan
komputer diterima sebagai substansi atau inti dari upaya awal manajemen pengetahuan
karena sejak awal diketahui bahwa perusahaan mengelola pengetahuan yang sudah
sejak lama dimiliki sebelumnya. Peningkatan tekanan persaingan yang terjadi
mengakibatkan banyak perusahaan membuat
unit intelijen persaingan, dimana seringkali dikaitkan dengan informasi
perusahaan dan layanan perpustakaan (Gilad, 1988; Stanat, 1990; dan Goshal
& Westney, 1991)
Fokus
intelijen persaingan (competitive intelligence), yakni pada anaalisis stratejik
terhadap informasi eksternal yang tekait dengan kecenderungan pasar dan pesaing
(Aguilar, 1967; Porter, 1980; Fuld, 1996). Para ahli pemrosesan informasi
sering kali memandang pengetahuan perusahaan tersebut sebagai problem teknis
yang dapat diselesaikan dengan tepat, yaitu dengan cara menggunakan komputer.
Demikian pula persoalan yang muncul pada orang-orang intelijen persaingan dalam
menemukan, memahami, mensintesis dan menyebarkan informasi yang relevan.
Pada
awalnya tugas-tugas intelektual ditugaskan kepada para ahli, namun di awal
tahun 1990-an tugas-tugas mereka difasilitasi oleh akses online sehingga
kebutuhan database maupun layanan terhadap berita menjadi begitu luas tersedia.
Database maupun informasi tersebu dapat diketahui dengan real time, informasi
mengenai apapun yang pesaing lakukan dan pelanggan inginkan, dimanapun pesaing
dan pelanggan berada. Akibatnya, sistem informasi yang lengkap tersebut
berlebihan sehingga sistem harus mampu mengategorisasi informasi yang ada
berdasarkan kebutuhan pemakai. Para penelitii mencoba mengembangkan domain
ontologi yang spesifik, ensklopedi, dan model konseptual yaang dapat digunakan
sebagai basis mengategorisasikan informasi dan pesan-pesan perusahaan. Walaupun
motivasi pengembangan model konseptual serta alat-alat informasi dalam rangka
perbaikan pemrosesan yang bersifat otomatis, ternyata teknologi informasi masih
memainkan peran yang amat penting.
Fokus
awal intelijen persaingan, yaitu pada kebijakan stratejik pimpinan puncak.
Perluasan jaringan komputer memperjelas bahwa intelijen perusahaan juga ada
diluar pejabat eksekutif. Bahkan didalam perubahan lingkungan persaingan,
pengetahuan yang benilai seringkali terdistribusi diantara anggota perusahaan.
Hal ini mendorong pentingnya aspek komunikasi dari pemrosean informasi
perusahaan. Akibatnya, petugas analisis intelijen persaingan perlu memperbaiki
diri mereka kembali sebagai seorang profesional intelijen bisnis. Bahkan dasar
pembuatan keputusan sebelum analisis laporan dan data, serta berbagi
pengetahuan menjadi isu sentral bagi orang-orang intelijen bisnis. Akibatnya,
objek-objek informasi, pengetahuan perusahaan tersebut berada di dalam aliran
informasi.
Pengamatan
ini juga memperjelass pertentangan antara dua pandangan terhadap pengetahuan perusahaan.
Menurut pandangan aliran pemrosesan informasi (information processing),
pengetahuan adalah data dan fakta yang tergantung kepada orang dan
pemaknaannya. Asumsi ini menyebabkan pengetahuan dianggap dapat disimpan
didalam komputer. Sistem intelijen bisnis mulai mengembangkan sistem yang
beragam, yang terdiri dari jaringan manusia dan mesin. Objek informasi
dipandang sebagai enabler dari proses pengetahuan perusahaan, dan dianggap
memfasilitasi pemahaman.
Teknologi
diarahkan agar lebih berfokus pada perusahaan, penciptaan kemampuan untuk
bereaksi secara temporer serta cepat didalam intelijen bisnis. Seperti World
Wide Web/WWW menyentakkan kesadaran publik ditahun 1994. Visi awal tim Berners
Lee mmengenai web adalah menemukan kembali dan kembali menemukan. Ketika
seluruh dokumen dapat dikaitkan terhadap setiap dokumen penting lainnya, dunia
Web dapat menjadi tempat yang baik. Pengetahuan dapat menjadi bebas dan
tersedia pada saat diutuhkan.
World
Wide Web tidak mempunyai tidak mempunyai alat yang efektif untuk mengelola
akses yang benar, serta tidak memiliki dukungan untuk membuat informasi yang
segera dapat ditindaklanjuti. Salah satu pemahaman yang terus berlanjut dan
telah diuji oleh aliran intelijen artifisial sejak awal tahun 1960-an. Yaitu
ketika Herbert Simon dan para pionir artifisial intelijen lainnya percaya bahwa
masa depan komputer berada didalam intelijen pemrosesan informasi. Sementara
itu, Douglas Engelbert berpendapat bahwa komputer merupakan medium baru yang
dapat memperbesar proses berfikir manusia. Engelbert’s Augmentation Research
berpusat di stanford Research Institute menjadi salah satu pelopor inovasi
dalam teknologi komputer, memimpin pengembangan dalam perhitungan interaktif,
penggunaan grafik dan sistem kolaborasi. WWW mengambil konsep sistem
Augmentation ini untuk logika tujuan akhir, yaitu mengurangi permasalahan
penyajian pengetahuan, minimal dengan menilai bahwa seluruh pengetahuan dapat
disajikan sebagai dokumen dan dikaitkan dengan mereka.
Intelijen persaingan perusahaan berkembang ke
arah intelijen bisnis pada awal tahun 1990-an, yaitu ketika intelijen bisnis
menkonseptualisasi tugas-tugasnya kedalam manajemen pengetahuan internal
perusahaan. Walaupun intelijen bisnis terkait erat dengan sistem informasi,
fokus intelijen bisnis terhadap efektivitas penggunaan keahlian manusia, ahli
analisis, dan jaringan sosial dan komunikasi. Di dalam kognisi perusahaan
(organizational cognition), intelijen bisnis terkait dengan ketiga sumber manjemen
lainnya, yaitu pada penelitian kognisi dan sense making.
Penelitian
atas kognisi pengetahuan secara historis diilhami oleh pandangan information
processing yang berakar pada teori-teori kognitif tentang pikiran manusia. Bila
dikaitkan dengan tradisi ini, awal mulanya perusahaan dikonseptualisasikan
sebagai mesin pemrosesan informasi secara hierarki, riset awal kognisi
pengetahuan berfokus pada pengambilan keputusan pimpinan puncak.
Walaupun
pandangan pemrosesan informasi dengan luas diterima, penelitian awal secara
sosiologis diadopsi dari berbagai pendekatan interpretationisme. Misalnya Karl
Weick dan koleganya menerbitkan beberapa artikel penting yang menonjol di dalam
penelitian kognisi perusahaan memperkenalkan ide-ide konstruktivistik didalam
ilmu perusahaan (Bougon, weick, & Binkhrost, 1997; Daft & Weick, 1984;
Weick, 1995). Penelitian ini memperjelas bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu
yang dapat direkam secara objektif dan disimpan didalam database. Pengetahuan
perusahaan merupakan suatu proses yang aktif dimana orang mencoba memehami
lingkungannya.
Mungkin
karena itu kontribusi utama dalam kegiatan-kegiatan penelitian inovasi
perusahaan justru datang dari luar benteng ilmu pengetahuan perusahaan. Nonaka
(1994); Hedlund & Nonaka (1991), mengingatkan peneliti perusahaan bahwa ada
alternatif terhadap epistemologi positivisme dari mainstream pandangan
pemrosesan informasi. Khususnya Nonaka mencatat bahwa perusahaan bukan mesin
yang dapat diarahkan untuk memaksimalisasikan efisiensi pemrosesan informasi
tanpa kehilangan banyak kemampuan penciptaan pengetahuaannya. Hanya ketika
praktik manajemen orang Amerika memperoleh kesiapan bagi pelurusan akhir
mengenai arus informasi dan penghapusan
dari lapisan manejemen menengah yang tidak diperlukan, keacakan yang
tidak terorganisasi, dan apapun yang tidak langsung menambahkan nilai kepada
proses bisnis, Nonaka memperjelas memperjelas bahwa jalur ini akan menjadi
fatal bagi perusahaan yang berbasis pengetahuan.
Studi
Nonaka tentang inovasi juga sejalan
dengan penelitian tentang organizational learning. Pada level yang
paling dalam, pendekatan Nonaka berdasarkan atas posisi epistemologi
fenomenologikal yang lebih radikal, walaupun Schoin (1987); dan Senge (1990)
misalnya, secara khusus menekankan pentingnya tacit dan pengetahuan tekait erat
dengan epistemogi fenommenologi. Lebih spesifik pengetahuan dikaitkan dengan
epistemologi yang datang dari sekolah filosofi kyoto dan diperkenalkan oleh
Kitaro Nisshida pada wal abad ke-20. Epistemologi Kyoto adalah sintetis dari
pandangan dan pemahaman filosofi fenomenologis negara-negara barat, diinspirasi
oleh william james, henri Bergson, John Dewey, dan Edmun Husserls, dan Martin
Heidegger (dalam Nishitani,1991; Tuomi,2002)
Mereka
yang bergerak dibidang komputer mencari solusi teknis terhadap persoalan
pengetahuan perusahaan, sementara orang-orang intelijen bisnis mencoba
menyediakan informasi yang relevan pada saat yang tepat didalam perusahaan.
Peneliti kognisi perusahaan berangkat dengan pertanyaan mengenai hakikat
pengetahuan dan peranannya di dalam mengorganisasi tindakan sosial. Kesemua itu
hanyalah langkah kecil untuk bergerak dari penggambaran perusahaan sebagai
entitas berbasis pengetahuan. Jika perusahaan ingin lebih efektif didalam
penggunaan penciptaan pengetahuan, mungkin mereka harus melihat perusahaan
secara berbeda. Nonaka dan penulis lainnya tertarik didalam pembelajaran yang
sudah dibuat perusahaan didalam masa transisi ini. Setelah Nonaka, yang lain
kemudian segera mengikutinya dimana mengaitkan knowledge management dengan
strategi bisnis.
Menurut
Tuomi (2002), Saat ini Knowledge management telah memasuki generasi ketiga,
dimana generasi kedua telah dimulai pada tahun 1997 dengan banyakan membangun
tugas baru paada spesialisasi daan CKO (Chief Knowldege Officers). Perbedaan
sumber knowledge management menjadi terkombinasi dan juga cepat diserap oleh
aktivitas organisasi setiap hari.
Generasi
pertama dapat dicirikan karena berfokus pada information sharing, information
repositiories, dan intelectual capital accounting. Meningkatnya masyarakat
informasi meneyebabkan generasi pertama dari manajemen pengetahuan akan tetap
ada dan hidup. Ia akan berfokus pada penyimpanan dan akses informasi. Jaringan
tanpa kabel, kemampuan pemrosesan informasi melekat didalam lingkungan
sehari-hari dan kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrossesan
informasi.
Generasi
kedua knowledge management dibawa kedalam konsep tacit knowledge, social learning,
dan community of practice.Di level yang lebih praktis, generasi kedua manajemen
pengetahuan menekankan pada perubahan perusahaan secara sistematis dimana
praktik manajemen, sistem pengukuran , insentif, alat-alat dan kebutuhan isi
manajemen dikembangkan bersama. Generasi kedua manajemen pengetahuan
menunjukkan bahwa komputer konvensional sudah tidak cukup untuk menangani tacit
knowledge dan pengetahuan situasional. Di masa depan, sistem komputer menyediakan
informasi yang kontekstual yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense
making. Sense making sering kali memerlukan eksplorasi domain pengetahuan yang
tidak dikenali, sistem informasi di masa depan diterima sebagai alat memperkuat
kemampuan berpikir manusia. Pandangan para konstruktivis juga memperjelas bahwa
akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran fenomena interaksi soaisal,
sistem informasi akan mendukung pemibilisasian sumber daya sosial sebagai
bagian dari proses pembelajaran. Bahkan human capital accounting lebih berfokus
pada pengembangan secara aktif terhadap sosial kapital.
Pada
generasi ketiga knowledge mangement, gambaran pengetahuan akan semakin
meningkat penggunaannya dimana pengetahuan dapat dikelola. Bahkan upaya empiris
untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga pengetahuan akan
menjadi sesuatu yang lebih fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih
menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan. Di sini akan menghilangkan
rintangan pada selurh sistem sosial. Untuk membuat pengetahuan menjadi nyata
tidak cukup hanya dengan pengetahuan individu dan bertindak hanya atas dasar
pengetahuannya. Seluruh pengetahuan sosial dan kultural maupun pengetahuan
perusahaan hanya dapat terealisasi melalui perubahan aktivitas dan praktik
perusahaan.
BAB
4. KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari perjalanan kemunculan disiplin manajemen pengetahuan,
yaitu bahwa walaupun sumber teoritis manajemen pengetahuan berasal dari
berbagai latar belakang disiplin imu, perubahan dunia bisnis kearah knowledge
economy secara rinci menempatkan pengetahuan sebagai sumber daya yang dimiliki
sangat besar. Perussahaan harus memberikan perhatian baru untuk dapat
memberikan pengetahuan baru untuk dapat memelihara dan meningkatkan kekuatan
pengetahuan yang dimilikinya.
Selain
itu untuk mengelola pengetahuan yang begitu kompleks dan luas mememerlukan
keahlian dan perhatian dari pihak manajemen. Maka profesi baru sebagai sebagai
ahli manajemen pengetahuan akan muncul dari berbagai disiplin dan akan menjadi
kenyataan. Hali ini sangat mendukung ke arah munculnya manajemen pengetahuan
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sangkala. 2007. Knowledge
Management. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Setiarso,B, Nazir,H, Triyono, Subagyo,H. 2009. Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tobing,L,P. 2007. Knowledge
Management : Konsep, Arsitektur, dan Implementasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Uriarte,F,A. 2008.Introduction to
Knowledge Management.
Jakarta : ASEAN
Foundation
Wahono P, Ika,S. 2012. Knowledge
Management : Proses penciptaan Pengetahuan. Cetakan Pertama. Jember :
Bagian Penerbitan Center For Society Study.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar